Selasa, 16 Maret 2010

Gus Dur, Siapa sih sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan Gusdur

Judul Buku : Gus Dur, Siapa sih sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan Gusdur
Penulis : Al-Zastrouw Ng.
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : 1999
Tebal : 290 Halaman

Resensi buku ini kami ambil dari buku populer karangan Al-Zastrouw Ng.yang mana mengupas tentang tafsir teoritik atas tindakan dan pernyataan Gus Dur.

Apa yang kami tulis disini merupakan garis besar dari buku "Gus Dur Siapa Sih Sampeyan? Tafsir Teoritik Atas Tindakan dan Pernyataan Gus Dur" untuk lebih dalam mengetahui siapa sebenarnya Gus Dur tentunya harus membaca buku tersebut secara keseluruhan.Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen Ushul Fiqh yang telah membimbing dan seluruh pihak - pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan tugas ini. Penulis menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat pada resensi buku ini, baik menyangkut isi, dan sistematik penulisan. Untuk itu saran-saran serta kritik yang konstruktif senantiasa kami harapkan.

LATAR BELAKANG

Seorang tokoh yang baru saja meninggalkan sejarah bagi bangsa Indonesia adalah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Sepeninggal beliau banyak tokoh-tokoh besar , politisi, ormas dan masyarakat awam yang memberi kesaksian atas jasa-jasa beliau yang terkenal sebagai tokoh bangsa dari kalangan nahdliyin ( NU ) tersebut. Mulai dari pemikiran-pemikirannya, semangat nasionalismenya, demokrasi, komitmen beragama serta penghormatannya terhadap pluralisme. Padahal dimasa hidupnya beliau terkenal sebagai tokoh yang plin plan, inkonsisten, tidak memiliki sikap yang jelas dan tegas. Mungkin itulah anggapan dari sebagian masyarakat yang belum bisa menyelami secara dalam gagasan-gagasan atau pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan Gus Dur. Karena itulah orang sering menyebutnya dengan tokoh kontroversial.

Sepeninggal beliau coba kita lihat kembali pernyataan dan tindakan gusdur yang dianggap kontroversial, apakah benar beliau sebagai tokoh yang plin-plan? Untuk menjawab semuanya kita lihat tulisan dari Al-Zastrouw Ng.

RESENSI BUKU

Dugaan-dugaan masyarakat terhadap Gus Dur sebagai seseorang yang kontroversial inilah yang membuat penulis yakni Al-Zastrouw Ng.mengupas lebih dalam lewat penanya dengan harapan masyarakat faham dan tidak terjerembab dengan pernyataan Gus Dur yang kalau dilihat secara kasat mata mencerminkan tokoh yang plin-plan. Lewat tulisannya ini Zastrouw mencoba memberikan pemahaman atas pernyataan gusdur dengan menyelami secara dalam paradigma, kerangka pikir, dan gagasan-gagasan yang ada di balik tindakan dan pernyataan Gus Dur.Terlepas benar atau tidak, buku ini ditulis oleh orang yang sangat dekat dengan gus Dur yang mana selalu mengikuti proses kesejarahan yang dilakukan Gus Dur sehingga keotentikannya sangat tinggi, pasalnya penulis bisa langsung merasakan dan melihat pergumulan yang Gus Dur lakukan bahkan bisa bertanya langsung pada Gus Dur.

Buku ini sangat menarikkarena disertai dengan profil Gus Dur semasa kecil, dewasa sampai tua, mulai dari Gus Dur mengenal musik klasik sampai menggemari menonton film di bioskop, mulai dari SD sampai mengembara dinegeri orang seperti Al-Azhar Mesir, Irak, Eropa, Belanda Dll. Kisah ini yang menurut saya perlu ditauladani yakni semangatnya menempuh ilmu pengetahuan sampai rela berkorban jauh dari tanah kelahiran serta tidak segan-segan Gusdur pada waktu muda bersinggungan dengan organisasi kemahasiswaan yang mengasah otak beliau menyikapi kondisi, situasi politik, sosial, budaya dll. Hingga pada akhirnya gusdur kembali ke Indonesia terjun di dunia pendidikan, kemudian bergelut di NU. Disamping kesibukannya di Nu pada awal kedatangan Gus Dur juga mulai memperluas jaringannya di dunia LSM. Sejak saat itu pikiran-pikiran dan tindakan Gus Dur menjadi sesuatu yang fenomenal di Indonesia. Keberaniannya menentang arus masyarakat yang tidak sesuai dengan gagasannya, komitmennya pada islam, dan nilai-nilai kebangsaan menjadikan Gus Dur sebagai tokoh yang populer, disegani sekaligus dimusuhi dan dicaci .

Cacian dan makian masyarakat juga ditujukan pada awal-awal tumbangnya Presiden Soeharto ( reformasi tahun 1998 ). Pasalnya Gus Dur yang pada waktu itu diplot sebagai tokoh reformasi bersama Mega Wati dan Amien Rais malah bersikap kooperatif dan menerima undangan dari presiden soeharto dan beberapa tokoh kabinet pada waktu itu. Sikap Gus Dur inilah yang disalah tafsirkan oleh masyarakat awam, pasalnya Gus Dur seolah-olah tidak memihak reformasi dan malah melindungi keluarga cendana beserta kroni-kroninya. Dalam buku inilah kita akan tahu apa alasan Gus Dur bertindak seperti itu.

Klimaks dari buku ini terletak di bab ketiga dimana pernyataan yang mengejutkan dikeluarkan oleh Gus Dur, pernyataan tersebut dilansir oleh beberapa media masa pada pertengahan Oktober tahun 1998.Gus Dur mengatakan bahwa pihaknya sudah mengetahui dalang beserta motif aksi pembunuhan yang diLakukan di Banyuwangi dan sejumlah daerah lainnya. "Dalangnya kami sudah tahu. Motifnya, dengan memancing kemarahan warga NU mereka ingin menciptakan stabilitas nasional yang pada akhirnya pemilu tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana, " Selanjutnya Gus Dur memberikan inisial ES sebagai dalang kerusuhan Banyuwangi. Selain itu Gus Dur juga memberikan ciri-ciri lebih lanjut bahwa dalang kerusuhan itu ada dalam Kabinet Reformasi.

Pernyataan Gus Dur tersebut bukan berarti tidak berdasar tetapi justru sesuai data otentik dari Tim Pencari Fakta ( TPF NU ). Data-data TPF NU secara jelas menunjukkan indikasi keterlibatan beberapa aparat pemerintahan dalam beberapa kasus, seperti kasus di Banyuwangi. Tahapan-taapan pembantaian diuraikan secara jelas oleh TPF NU.

Buku ini semakin sempurna karena dilengkapi dengan gagasan Gus Dur tentang demokrasi, agama, masyarakat dan pluralisme. Meski sempurna namun terlalu padatnya gagasan-gagasan yang tersampaikan oleh penulis membuat jenuh bagi pembaca untuk membacanya, terlebih lagi ada beberapa kata-kata asing yang tidak dijelaskan secara langsung membuat kita harus menyiapkan kamus untuk memahaminya. Buku ini ditulis oleh orang yang dekat dengan Gus Dur sehingga keberpihakannya sangat kentara untuk membenarkan segala tindakan , ucapan Gus Dur. Meskipun penulis sendiri telah menulis pernyataan bahwa, penulisan buku ini bukan upaya melakukan pledoi pada siapapun, tidak juga sebagai upaya pembenaran atas berbagai tindakan dan pernyataan Gus Dur. Lebih dari itu, hal ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan pada masyarakat atas beberapa makna yang ada di balik tindakan dan pernyataan Gus Dur.

Meskipun masih ditemui beberapa kelemahan, namun buku ini sangat sukses untuk menjelaskan konsistensi Gus Dur pada prinsip, gagasan, bangsa dibalik Inkonsistennya. penulis berusaha membenarkan analogi Muhammad Sobary yang menyatakan bahwa Gus Dur sebagai penumpang kapal yang dinamis yang selalu menyelamatkan kapal dari bahaya tenggelam. Bila kapal oleng ke kanan maka dengan gesit Gus Dur akan lari ke kiri dan sebaliknya jika kapal oleng kekiri maka dengan gesit Gus Dur akan lari kekanan untuk menjaga keseimbangan sehingga kapal tidak tenggelam.

KESIMPULAN DALAM USHUL FIQH

Bila pemikiran Gus Dur ini ditarik garis lurus dalam masalah Ushul Fiqh maka bisa dijelaskan bahwa pada hakekatnya permasalahan di dunia ini harus didasarkan pada sumber hukum islam yakni Nash ( Al-Qur'an dan Al-Hadist ) maupun Ra'y / rasio ( ijma', qiyas, istihsan dsb ). Sumber hukum inilah yang harus menjadi pedoman dalam bertutur dan bersikap. Hal inilah yang dicontohkan oleh Gus Dur dimana beliau konsisten terhadap agama namun tidak menghindari adanya musyawarah, menggali pikiran, menyusun siasat, dan tak tik dalam menentukan kebijakan berpolitik, bermasyarakat demi kemaslahatan umat ( maslahah mursalah ) seperti apa yang sudah dilakukan dimasa berakhirnya orde baru.

Pemikiran Gus Dur seperti penjelasan dalam Al-Qur,an, dimana ada yang bersifat Kulli ( global ) sehingga perlu penjelasan kusus secara rinci agar yang menerimanya faham apa yang dimaksud oleh Gus Dur. Namun adakalanya pernyataan Gus Dur langsung bisa diterima karena beliau menjelaskan secara Juz'i ( rinci ).

Prinsip Agama
Gus Dur berpendapat bahwa formulasi hukum islam bisa diubah sesuai zamannya, hanya prinsipnya yang tidak bisa diubah. Pikiran Gus Dur ini sejalan dengan para ulama salaf yang menyatakan bahwa "yadurru hukmu ma'a illatihi wujudan wa 'adaman" ( penerapan mengenai ada tidaknya hukum itu tergantung pada alasannya ). Kaidah ini menjelaskan bahwa hukum islam itu tidak kaku tetapi terbuka untuk rakyat.Hukum islam adalah aturan yang bersumber dari ajaran dan nilai-nilai islam untuk menjawab persoalan sosial yang sedang berkembang dimasyarakat. Ibadah mahdlah penting tapi lebih penting adalah ibadah yang memiliki dampak sosial secara lebih luas dan memiliki pengaruh langsung pada kehidupan sosial masyarakat.

Musyawarah dan Masyarakat
Dimasa-masa reformasi Gus Dur melakukan tindakan kontra-produktif. Disebut kontra karena melakukan pendekatan kepada Soeharto disaat masyarakat yang lain ingin menggulingkan Soeharto, namun tindakan ini dia sebut dengan tindakan produktif karena mengajari rakyat agar tidak terjebak politik balas dendam, bisa menahan diri, menggunakan cara yang beradap dan manusiawi dalam berpolitik yaitu musyawarah. Musyawarah inilah yang diajarkan dalam Al-Qur'an surat ayat



Disaat yang lain menginginkan Soeharto diadili, Gus Dur justru memilih menunda dulu menunggu sistem barjalan bersih dan stabil. Gus Dur memilih menjaga keutuhan bangsa dan meminimalkan korban karena benturan kepentingan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah yang menyatakan Irtikaabu 'ala al-dharuraini wajibun ( mengambil resiko yang lebih ringan dari dua buah resiko hukumnya wajib ). Gus Dur bralasan percuma mengadili Gus Dur disaat pemerintahan belum stabil, Gus Dur memilih menyiapkan struktur pengadilan yang kokoh dan berani mengadili Soeharto.


Pluralisme
Penghormatan Gus Dur terhadap pluralisme termasuk dengan keberagaman agama patut diacungi jempol pasalnya penghormatan dan toleransi ini juga diajarkan dalam Al-Qur'an surat Al-Kafirun ayat 6 :

Artinya: " Untukmu agamamu untukku agamaku. "

dan sesuai hukum saad dzari'ah ( bersifat larangan ), yaitu surat Al-An'am ayat 6 :

Artinya : " Dan janganlah kamu memaki sembahan -sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. "

Dari ayat ini bisa ditarik kesimpulan bahwa Allah tidak melarang mencacai berhala, tetapi ayat ini melarang kaum muslimin mencaci dan menghina berhala, karena larangan ini dapat menutup pintu menuju kearah tindakan orang-orang musyrik mencaci dan memaki Allah SWT. secara melampaui batas. Hal ini dilakukan untuk mencapai kemaslahatan dan menjauhkan dari kerusakan atau pertikaian antar umat beragama. Justru toleransi beragama ini akan membuat orang-orang non muslim simpati akan islam yang senantiasa menjunjung hak asasi manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar